MENJELANG LEBARAN
Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Di masa itu, hiduplah tiga orang sahabat yang masing-masing bernama Abu Abdullah Al-Waqidi, Wafa bin Rafi' dan Ahmad Al-Hasyimi.
Di hari menjelang lebaran, Ummu Abdullah –istri Abu Abdullah Al-Waqidi- mengeluhkan keadaan anak-anak mereka. Pakaian anak-anak mereka sudah tak layak dipakai. Sedangkan anak-anak tetangga mereka telah memiliki pakaian baru. Karena kasihan dan merasa bertanggung jawab, Al-Waqidi berusaha mencari pinjaman. Dia pergi menemui sahabatnya yang bernama Ahmad Al-Hasyimi. Hasilnya, Al-Waqidi memperoleh sekantung uang.
Di tengah perjalanan, Al-Waqidi bertemu dengan sahabatnya yang lain, dia bernama Wafa bin Rafi'. Wafa mengeluhkan permasalahannya dan ternyata dia juga membutuhkan uang untuk menyambut lebaran. Tanpa ragu, Al-Waqidi menyerahkan uang tersebut dan dia pulang dengan tangan hampa.
Sesampainya di rumah, Al-Waqidi bertemu dengan istrinya. Dia menceritakan tentang eratnya persaudaraan mereka bertiga (Al-Waqidi, Al-Hasyimi dan Wafa). Kemudian beliau menceritakan tentang hadits yang menceritakan tentang kisah Rasulullah dan Aisyah yang menyembelih seekor domba. Lalu beliau bertanya, "Apa yang tersisa dari domba itu?" Aisyah menjawab, "Hanya pundaknya." Mendengar jawaban itu, Rasul saw bersabda, "Semuanya masih tersisa (balasan di akhirat kelak) kecuali pundaknya."
Kemudian Al-Waqidi menyitir sebuah ayat, "Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (QS Al-Hasyr (59):9). Setelah itu Al-Waqidi menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. Mendengar kisah ini, istri Al-Waqidi senang dan mendukung sikap suaminya.
Lain halnya dengan Wafa. Belum sempat dia menggunakan uang yang di dapatnya, bahkan belum sempat dia buka kantong uang tersebut, sahabatnya Al-Hasyimi datang memohon bantuan. Tanpa ragu, Wafa langsung menyerahkan kantung uang itu kepada Al-Hasyimi.
Peristiwa ini merupakan cermin buat kita semua, buat kaum muslimin. Hasyimi lebih mementingkan saudaranya, walaupun ternyata dia sendiripun membutuhkannya. Demikian pula dengan Al-Waqidi. Dia membutuhkan biaya untuk keperluan lebaran. Wafa pun membutuhkan uang untuk lebaran, sehingga dia harus meminjam dari Al-Waqidi. Namun mereka semua saling mengutamakan yang lain. Potret ini akan sangat berbeda sekali dengan potret kaum muslimin menjelang lebaran. Mereka masing-masing sibuk menyambut lebaran. Rasa individualis mereka mendadak meninggi menjelang lebaran ini.
Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Di masa itu, hiduplah tiga orang sahabat yang masing-masing bernama Abu Abdullah Al-Waqidi, Wafa bin Rafi' dan Ahmad Al-Hasyimi.
Di hari menjelang lebaran, Ummu Abdullah –istri Abu Abdullah Al-Waqidi- mengeluhkan keadaan anak-anak mereka. Pakaian anak-anak mereka sudah tak layak dipakai. Sedangkan anak-anak tetangga mereka telah memiliki pakaian baru. Karena kasihan dan merasa bertanggung jawab, Al-Waqidi berusaha mencari pinjaman. Dia pergi menemui sahabatnya yang bernama Ahmad Al-Hasyimi. Hasilnya, Al-Waqidi memperoleh sekantung uang.
Di tengah perjalanan, Al-Waqidi bertemu dengan sahabatnya yang lain, dia bernama Wafa bin Rafi'. Wafa mengeluhkan permasalahannya dan ternyata dia juga membutuhkan uang untuk menyambut lebaran. Tanpa ragu, Al-Waqidi menyerahkan uang tersebut dan dia pulang dengan tangan hampa.
Sesampainya di rumah, Al-Waqidi bertemu dengan istrinya. Dia menceritakan tentang eratnya persaudaraan mereka bertiga (Al-Waqidi, Al-Hasyimi dan Wafa). Kemudian beliau menceritakan tentang hadits yang menceritakan tentang kisah Rasulullah dan Aisyah yang menyembelih seekor domba. Lalu beliau bertanya, "Apa yang tersisa dari domba itu?" Aisyah menjawab, "Hanya pundaknya." Mendengar jawaban itu, Rasul saw bersabda, "Semuanya masih tersisa (balasan di akhirat kelak) kecuali pundaknya."
Kemudian Al-Waqidi menyitir sebuah ayat, "Mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan." (QS Al-Hasyr (59):9). Setelah itu Al-Waqidi menceritakan peristiwa yang baru saja dialaminya. Mendengar kisah ini, istri Al-Waqidi senang dan mendukung sikap suaminya.
Lain halnya dengan Wafa. Belum sempat dia menggunakan uang yang di dapatnya, bahkan belum sempat dia buka kantong uang tersebut, sahabatnya Al-Hasyimi datang memohon bantuan. Tanpa ragu, Wafa langsung menyerahkan kantung uang itu kepada Al-Hasyimi.
Peristiwa ini merupakan cermin buat kita semua, buat kaum muslimin. Hasyimi lebih mementingkan saudaranya, walaupun ternyata dia sendiripun membutuhkannya. Demikian pula dengan Al-Waqidi. Dia membutuhkan biaya untuk keperluan lebaran. Wafa pun membutuhkan uang untuk lebaran, sehingga dia harus meminjam dari Al-Waqidi. Namun mereka semua saling mengutamakan yang lain. Potret ini akan sangat berbeda sekali dengan potret kaum muslimin menjelang lebaran. Mereka masing-masing sibuk menyambut lebaran. Rasa individualis mereka mendadak meninggi menjelang lebaran ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar