Rabu, 06 Februari 2008

TIKUS VS TIKUS

TIKUS VS TIKUS

Engkau kugenggam di saat aku sedang berada di hadapan monitor komputer. Bentukmu yang mungil dapat kugenggam sepenuh telapak tangan. Engkau dapat diatur sesuai dengan kehendakku. Jika kugerakkan ke kanan, maka engkau akan turut. Bila digerakkan ke kiri, maka engkau seolah menjawab "sami'na wa atha'na" yang artinya kami mendengar dan kami taat. Seandainya kuarahkan ke atas, maka engkau akan menurut dari belakang. Engkau amat membantu sekali diriku. Mari kupernalkan siapa dirimu. Perkenalkan temanku yang setia……… dia adalah mouse. Tapi di hari itu, engkau nampaknya cocok sekali menyandang ungkapan "mouseku sayang, mouseku malang". Engkau telah digigit oleh bentuk aslimu, tikus si kurang ajar! Kakimu (baca kabel) menjadi putus.

Mungkin jika engkau dapat bicara, engkau akan berkata kepada tikus, "Jangan! Jangan engkau gigit aku. Kasihan majikanku. Nanti dia tidak dapat bekerja lagi." Teriakan si mouse tidak dipedulikan oleh si tikus.

Setelah itu, nasibmu menjadi berubah. Engkau dimarah-marahi. Engkau tidak lagi mematuhiku. Aku perintahkan ke kanan, engkau hanya diam. Aku suruh ke kiri, engkau hanya termenung saja. Akhirnya, engkau menjadi sasaran kekesalanku. Pada saat itu, aku belum tahu bahwa engkau telah terluka. Terluka karena digigit tikus.

Walaupun aku bisa tetap mengoperasikan komputer tanpa kehadiranmu, namun tetap saja sahabat-sahabatmu masih membutuhkanmu. Si keyboard merasa kurang PD menggantikan tugasmu. Tuts tab sepertinya tidak dapat bergerak selincah dirimu.

Namun kini, penggantimu telah datang. Mouse dari jenismu juga, yaitu mouse tipe sereal. Bukan mouse produk masa kini. Ternyata mencari mouse yang se-tipe denganmu cukup sulit. Aku mendatangi beberapa toko, namun mereka tidak menyediakan tipe itu. Entah berapa usia tipe sereal itu. Tapi yang pasti, usia tipe ini -termasuk dirimu- lebih tua dari tipe-tipe masa kini. Semoga engkau tenang di sana bersama kedua saudaramu yang terdahulu, wahai mouseku sayang, mouseku malang.

Jumat, 01 Februari 2008

BANJIR

Musim hujan telah tiba dan banjir ikut menyusul. Ada yang mengatakan bahwa banjir bermula karena sistem drainase (saluran air) yang buruk. Bukan merupakan berita yang baru, jika komplek-komplek perumahan mengalami kebanjiran, karena sistem drainasenya buruk. Tidaklah hal yang baru bila pihak berwenang yang mengetahui luas daerah resapan air yang harus dipertahankan dan tidak didirikan bangunan di atasnya, malah dilanggar oleh pihak yang berwenang tersebut. Banyak para pengusaha yang sudah mendapat izin untuk menebang hutan, melakukan pelanggaran batas minimal penebangan hutan. Padahal mereka tahu akibat yang dapat ditimbulkannya.
Semua pelaku-pelaku di atas harus bertanggung jawab. Pengembang dan pengusaha real estate harus mempertanggung jawabkan keputusannya. Dia tidak dibenarkan menekan biaya pembangunan rumah dengan cara mengurangi dana untuk pembangunan drainase.
Pemberi izin pendirian bangunan di atas daerah resapan air juga harus bertanggung jawab. Karena dia telah tahu bahwa daerah resapan air itu untuk meresap air hujan agar tidak terjadi banjir dan agar tidak terjadi kekeringan di musim kemarau. Dia juga sudah tahu bahwa curah hujan tidak menentu. Jika batas minimal curah hujan saja tidak diperhitungkan, bagaimana bila curah hujan setiap tahunnya meningkat?
Para pengusaha yang mendapat izin menebang hutan juga harus bertanggung jawab. Sudah berapa banyak korban yang jatuh. Di saat orang harus kehilangan tempat tinggal, kekurangan makanan dan mengungsi, namun mereka menari di atas penderitaan itu.