Kamis, 22 September 2011

MAS BEJO LAGI



Semakin sering bertemu mas Bejo, semakin banyak tahu siapa dia. Beberapa hari yang lalu, saya kembali mampir ke warung nasi gorengnya. Tapi kali ini bukan untuk makan. Hanya sekedar minum es jeruk dan ngobrol saja.
Datang seorang wanita cantik. Mas Bejo langsung bertanya, “Mas…(dia menyebutkan nama seseorang) dah cerita mbak?”
“Iya mas. Saya ke sini juga karena urusan itu.”
Mendengar jawaban wanita itu, saya langsung menduga bahwa ini mungkin urusan hutang piutang.
“Kalo gak ada, ntar aj mbak.”
Mendengar jawaban mas Bejo, saya semakin yakin bahwa pembicaraan mereka seputar hutang.
“Ah nggak mas Bejo. Saya ke sini mau bayar. Adik saya makan apa saja?”
“Bihun, nasi dan dua botol teh,” jawab mas Bejo
Dia pun menyebutkan sejumlah nilai nominal.
Melihat sikap mas Bejo yang memberi kesempatan penangguhan pembayaran hutang, saya angkat topi. Sebab tidak semua orang bersikap seperti itu. Tidak semua orang mau memberi penangguhan pembayaran hutang. Banyak orang yang ingin agar penghutang segera menunaikan kewajibannya.
“Orang yang menangguhkan pembayaran hutang orang yang belum mampu membayarnya, maka sebelum masa pembayaran itu tiba, setiap hari merupakan sedekah baginya. Dan jika masa pembayaran telah tiba, lalu ia memberi tangguh, maka setiap harinya merupakan sedekahnya dua kali lipat.” (HR Ahmad [5/360], dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahihah [1/86]).


Jumat, 16 September 2011

DUNIA PENUH KEDAMAIAN

Selepas Maghrib, hujan turun di daerah Bambu Wulung. Pula di daerah tempat mangkalnya Mas Bejo, tukang nasi goreng. Jalanan yang basah menuju kediaman juga menunjukkan demikian.
Alhamdulillah hujan kini sudah mulai turun. Mereka yang kekeringan, sulit memperolah air, semoga sudah mulai tersenyum kembali.
Senang rasanya, lega rasanya melihat mereka yang sulit memperoleh air, kini sudah mulai bisa berharap. Berharap sesuai dengan pepatah ‘Panas setahun dibalas dengan hujan sehari’.
Dua mobil angkot berpapasan. Salah satunya sarat dengan penumpang. Melihat kondisi ini, temannya yang satunya lagi mengacungkan jempol. Senang melihat rezeki temannya sedang berkah.
“Gimana dagangannya?” tanya salah seorang tukang roti pada sahabatnya
“Alhamdulillah, lihat saja! Tinggal dua potong, “ jawab bang Miun
“Alhamdulillah jam segini udah tinggal dua potong. Gw masih lumayan banyak nih,” jelas sahabat Miun.
“Gw doain, semoga rezeki elo berkah hari ini,”
“Aaamiiin.”
Senang melihat mereka yang kekeringan sudah mulai tersenyum. Acungan jempol seorang supir angkot pada sahabatnya yang membawa angkot dengan sarat penumpang. Ikut bersyukur atas lakunya dagangan sahabatnya.
Ketiga pemandangan ini patut untuk dijaga, dilanjutkan. Mungkin dengan menjaga dan melestarikan pemandangan seperti ini, kondisi jalan raya tidak penuh dengan sopir yang ugal-ugalan. Tidak akan ada saling menjatuhkan antar pedagang.
Indahnya dunia ini yang penuh kedamaian.