HIKMAH MENOLONG ORANG
Sejak tahun 1999 hingga 2002, saya bekerja di sebuah kantor PJTKI. Itu lho! Perusahaan yang memberangkatkan orang untuk bekerja di luar negri. Setiap warga negara Indonesia dapat memilih tujuan negara menurut minatnya masing-masing. Yang mau bekerja di negrinya Jet Lee, dapat mendaftarkan diri di PJTKI yang memberangkatkan ke Hongkong. Yang berminat tinggal 1 negara dengan Siti Nurhaliza, dapat menghubungi PJTKI yang memberangkatkan ke Malaysia.
PJTKI tempat saya bekerja ialah PJTKI jurusan Saudi. Kami memiliki hubungan kerja dengan agent/perwakilan di Saudi. Fungsi PJTKI adalah menerima/mencari orang yang ingin bekerja di Saudi. Sementara itu, fungsi perwakilan di Saudi adalah mencari orang yang membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia. Mulai dari pembantu rumah tangga, supir, penjaga toko, perawat hingga ahli komputer. Kami memiliki perwakilan di Jeddah, Madinah, Dammam, Riyadh, 'Ar'ar dan Thaif. Semua wilayah ini berada di bawah kekuasaan pemerintahan kerajaan Saudi Arabia.
Saya bersama sebut saja Mr. X (bukan teman Mbah Darmo) mengurus segala yang berkaitan dengan perwakilan ini. Jika berkas-berkas dari perwakilan datang, kamilah yang menanganinya. Berkas-berkas itu ditulis dalam bahasa Arab. Setiap satu berkas terdiri dari visa, wakalah dan kriteria permintaan majikan. Di dalam visa, diantaranya terdapat nama pemesan (majikan). Di dalam wakalah terdapat keterangan pemberian kuasa dari majikan kepada perwakilan di Saudi. Kemudian permberian kuasa dari perwakilan kepada PJTKI untuk memilih dan memberangkatkan TKI berdasarkan kriteria yang dipesan. Kriteria permintaan majikan biasa disebut dengan istilah muwashafaat. Di dalamnya terdapat berbagai permintaan majikan. Mulai dari jenis kelamin, usia, status dan gambaran tugas di negara tujuan. Karena muwashafaat ini juga berbahasa Arab, maka saya atau Mr X harus menterjemahkan terlebih dahulu ke dalam B. Indonesia. Sehingga bos dapat memahami permintaan majikan dan mencarikan TKI yang sesuai dengan permintaan itu.
Kami juga bertugas menjawab semua surat yang berasal dari perwakilan. Isinya bisa berupa keluhan majikan bahwa TKI yang dikirim bermasalah, tidak dapat bekerja dan bla, bla, bla.
"Ya’! Coba terjemahkan surat ini!." begitu biasanya suara bos memanggil. Dengan segera saya menghampiri ruangan bos. Kemudian membacanya dan menterjemahkan.
Itulah diantaranya tugas saya dan Mr X di dalam kantor.
Di samping tugas dalam kantor, saya juga ditugaskan di luar kantor. Dengan sepeda motor Yang Selalu Terdepan, saya pergi ke Kedubes Saudi Arabia (KBSA) di Jl Mt Haryono. Tugas utama saya adalah membawa paspor ke KBSA, guna memperoleh izin masuk para TKI ke negara Saudi. Begitulah jika kita ingin pergi ke luar negri. Setiap orang harus mempunyai surat izin masuk dari kedutaan negara yang di tuju. Jika paspor ini diserahkan Senin pagi, maka paling cepat esok hari saya sudah dapat jawabannya. Yaitu paspor TKI yang diserahkan telah memperoleh surat izin masuk (stempel visa). Untuk pengambilan 1 paspor yang telah mendapat stempel visa ini, kami diharuskan membayar $14 US.
Jika paspor yang harus dibayar senilai $ 70, maka kami harus menyerahkan uang pecahan $ 50 dan $ 20. Pihak kedutaan menginginkan uang pas. Konon katanya, pihak kedutaan pernah memberikan uang kembalian lebih dari yang seharusnya. Sehingga petugas loket kedutaan harus bertanggung jawab atas kelalaian ini. Nah, sejak itulah peraturan pembayaran dengan uang pas diterapkan. Jadi, jika kita dibekali pihak kantor uang pecahan $100 dan harus membayar $ 28 alias dua paspor, maka selamat! Selamat mencari pecahan $ 20, $ 5 dan $ 1 (sebanyak 3 lembar).
Mencari pecahan ini tidaklah mudah. Karena orang yang membutuhkannya tidak hanya kita. 50’an orang yang merupakan petugas dari PJTKI yang lain juga membutuhkannya. Sekedar tahu saja, jumlah PJTKI di negri ini sudah mencapai ratusan. Artinya, banyak sekali petugas seprofesi dengan saya yang datang ke KBSA.
Belum lagi masalah lain muncul. Uang dollar yang lecek, terlipat, ada bekas steples atau ada noda tinta, tidak diterima di kedutaan. Nampaknya nasib uang ini sama dengan ungkapan ‘Karena nila setitik, rusak susu sebelangah’. Karena noda tinta, uang dollar ditolak.
Dalam benak petugas PJTKI tidak ada istilah bayar esok hari. Setiap paspor yang memperoleh stempel visa hari ini, dibayar hari ini. Sebab biasanya sudah terbayang, jika tugas dilalaikan, bos akan mencak-mencak.
Walhasil segala macam cara dicari. Untuk pergi ke money changer sudah tidak mungkin. Karena waktu pembayaran hanya sebentar. Di sinilah tolong menolong amat diperlukan.
Jika seseorang memiliki pecahan $ 20 (2 lembar) dan $10 (1 lembar), maka pecahan $ 20 itu akan diburu oleh teman yang membutuhkannya. Misalnya, Nanang harus membayar $ 28, sedangkan uang yang ditangannya adalah pecahan $ 50. Terjadilah tukar menukar. Pecahan $ 50 ditukar dengan $ 20 (2 lembar) dan $ 10 (1 lembar). Selanjutnya Nanang harus mencari pecahan $ 5 dollar (1 lembar) dan pecahan $ 1 (3 lembar).
Begitulah kesulitannya. Sekali lagi, di saat inilah pentingnya tolong menolong. Dari pengalaman di kedutaan inilah, saya menjadi yakin pada sabda Rasulullah yang terdapat di dalam hadits Arba’in. Di dalam hadits Arbain terdapat hadits yang artinya “Allah akan menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.”
Suatu ketika, saya harus membayar 10 paspor, itu artinya saya membutuhkan uang sebesar $140. Uang sebesar ini telah ada di tangan, pas $ 140. Saya tidak perlu lagi mencari uang pecahan. Saya mengantri di dalam barisan. Sesampainya di loket pembayaran, uang pecahan $ 100 saya ditolak. Ditolak setelah melalui proses pemeriksaan sinar ultar violet. Mendadak saja saya bingung. Betapa tidak, siapa yang ingin meminjamkan uang sebesar $ 100. Kalaupun ada yang ingin meminjamkan, dia juga butuh dengan uang itu.
Dengan lesu, saya keluar dari kedutaan. Di dalam perjalanan keluar, banyak sekali simpati teman pada masalah saya. “Kenapa Ya’?, “Pecahan berapa yang ditolak? dan masih banyak pertanyaan lainnya. Masih dalam perjalananan keluar dari kedutaan, saya bertemu dengan Sofyan.
“Lo butuh berapa Ya?” tanya Sofyan
Dengan lesu, karena merasa tipis sekali harapan, saya menjawab, “$ 100 Yan.”
“Mana $ 100 lo?” pinta Sofyan sambil menyerahkan pecahan $ 100 miliknya.
“Kebetulan gue punya uang lebih $ 100.”
“Wah, terima kasih banget nih, coy,” jawab saya dengan semangat. Saya kembali ke barisan dan mengantri. Mungkin inilah balasan dari Allah. Karena alhamdulillah, saya sering membantu teman.
Dalam pengalaman yang lain, saya pernah mempunyai pecahan dollar yang dibutuhkan teman. Saya tidak ingat berapa besarnya. Tapi yang jelas, teman itu sedang butuh bantuan. Di saat yang sama, saya juga sedang butuh bantuan orang lain. Namun dengan tidak ragu, saya pinjamkan pecahan dollar yang dibutuhkannya. Tidak lama kemudian, permasalahan yang saya hadapi juga selesai. Saya dapat membayar paspor yang telah memperoleh stempel visa.
Alhamdulillah karena banyak menolong, saya banyak mempunyai teman. Jika seorang teman yang baru saja dikenal meminjam dollar pada saya, saya minta kartu namanya. Tanpa terasa, jumlah kartu nama yang saya miliki menjadi banyak. Mulai saat itulah, teman-teman memanggil saya dengan sebutan pak RT. Karena hampir semua petugas PJTKI di saat itu, saya kenal. Sehingga bila ada seorang teman mempunyai piutang dengan petugas PJTKI PT anu misalnya, maka teman tersebut akan menelepon saya. Dia menanyakan no. telepon PJTKI PT anu dan biasanya saya tahu.
Ada satu lagi pengalaman yang lain. Motor operasional yang saya gunakan amat memprihatinkan, walaupun mesinnya masih bagus. Shock breakernya sudah tidak berfungsi dan rem belakangnya tidak ada. Bukan itu saja, jarum speedometer dan jarum penunjuk isi bensin tidak semestinya. Suatu ketika motor saya mati, tidak dapat berjalan. Saya coba stater berulang kali, tetap saja tidak ada gunanya. Kemudian saya periksa tangki bensin. Alah mak! Bensinnya telah habis. Namun sekali lagi, Allah memperlihatkan kuasa-Nya. Hikmah menolong orang kembali terbukti. Karena saya teringat, lokasi tempat motor saya mogok dekat dengan kantor teman. Alhamdulillah masalah saya dapat ditangani.
Tulisan ini merupakan salah satu dari 5 tulisan yang diikut sertakan dalam penulisan Qisthi press
Sejak tahun 1999 hingga 2002, saya bekerja di sebuah kantor PJTKI. Itu lho! Perusahaan yang memberangkatkan orang untuk bekerja di luar negri. Setiap warga negara Indonesia dapat memilih tujuan negara menurut minatnya masing-masing. Yang mau bekerja di negrinya Jet Lee, dapat mendaftarkan diri di PJTKI yang memberangkatkan ke Hongkong. Yang berminat tinggal 1 negara dengan Siti Nurhaliza, dapat menghubungi PJTKI yang memberangkatkan ke Malaysia.
PJTKI tempat saya bekerja ialah PJTKI jurusan Saudi. Kami memiliki hubungan kerja dengan agent/perwakilan di Saudi. Fungsi PJTKI adalah menerima/mencari orang yang ingin bekerja di Saudi. Sementara itu, fungsi perwakilan di Saudi adalah mencari orang yang membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia. Mulai dari pembantu rumah tangga, supir, penjaga toko, perawat hingga ahli komputer. Kami memiliki perwakilan di Jeddah, Madinah, Dammam, Riyadh, 'Ar'ar dan Thaif. Semua wilayah ini berada di bawah kekuasaan pemerintahan kerajaan Saudi Arabia.
Saya bersama sebut saja Mr. X (bukan teman Mbah Darmo) mengurus segala yang berkaitan dengan perwakilan ini. Jika berkas-berkas dari perwakilan datang, kamilah yang menanganinya. Berkas-berkas itu ditulis dalam bahasa Arab. Setiap satu berkas terdiri dari visa, wakalah dan kriteria permintaan majikan. Di dalam visa, diantaranya terdapat nama pemesan (majikan). Di dalam wakalah terdapat keterangan pemberian kuasa dari majikan kepada perwakilan di Saudi. Kemudian permberian kuasa dari perwakilan kepada PJTKI untuk memilih dan memberangkatkan TKI berdasarkan kriteria yang dipesan. Kriteria permintaan majikan biasa disebut dengan istilah muwashafaat. Di dalamnya terdapat berbagai permintaan majikan. Mulai dari jenis kelamin, usia, status dan gambaran tugas di negara tujuan. Karena muwashafaat ini juga berbahasa Arab, maka saya atau Mr X harus menterjemahkan terlebih dahulu ke dalam B. Indonesia. Sehingga bos dapat memahami permintaan majikan dan mencarikan TKI yang sesuai dengan permintaan itu.
Kami juga bertugas menjawab semua surat yang berasal dari perwakilan. Isinya bisa berupa keluhan majikan bahwa TKI yang dikirim bermasalah, tidak dapat bekerja dan bla, bla, bla.
"Ya’! Coba terjemahkan surat ini!." begitu biasanya suara bos memanggil. Dengan segera saya menghampiri ruangan bos. Kemudian membacanya dan menterjemahkan.
Itulah diantaranya tugas saya dan Mr X di dalam kantor.
Di samping tugas dalam kantor, saya juga ditugaskan di luar kantor. Dengan sepeda motor Yang Selalu Terdepan, saya pergi ke Kedubes Saudi Arabia (KBSA) di Jl Mt Haryono. Tugas utama saya adalah membawa paspor ke KBSA, guna memperoleh izin masuk para TKI ke negara Saudi. Begitulah jika kita ingin pergi ke luar negri. Setiap orang harus mempunyai surat izin masuk dari kedutaan negara yang di tuju. Jika paspor ini diserahkan Senin pagi, maka paling cepat esok hari saya sudah dapat jawabannya. Yaitu paspor TKI yang diserahkan telah memperoleh surat izin masuk (stempel visa). Untuk pengambilan 1 paspor yang telah mendapat stempel visa ini, kami diharuskan membayar $14 US.
Jika paspor yang harus dibayar senilai $ 70, maka kami harus menyerahkan uang pecahan $ 50 dan $ 20. Pihak kedutaan menginginkan uang pas. Konon katanya, pihak kedutaan pernah memberikan uang kembalian lebih dari yang seharusnya. Sehingga petugas loket kedutaan harus bertanggung jawab atas kelalaian ini. Nah, sejak itulah peraturan pembayaran dengan uang pas diterapkan. Jadi, jika kita dibekali pihak kantor uang pecahan $100 dan harus membayar $ 28 alias dua paspor, maka selamat! Selamat mencari pecahan $ 20, $ 5 dan $ 1 (sebanyak 3 lembar).
Mencari pecahan ini tidaklah mudah. Karena orang yang membutuhkannya tidak hanya kita. 50’an orang yang merupakan petugas dari PJTKI yang lain juga membutuhkannya. Sekedar tahu saja, jumlah PJTKI di negri ini sudah mencapai ratusan. Artinya, banyak sekali petugas seprofesi dengan saya yang datang ke KBSA.
Belum lagi masalah lain muncul. Uang dollar yang lecek, terlipat, ada bekas steples atau ada noda tinta, tidak diterima di kedutaan. Nampaknya nasib uang ini sama dengan ungkapan ‘Karena nila setitik, rusak susu sebelangah’. Karena noda tinta, uang dollar ditolak.
Dalam benak petugas PJTKI tidak ada istilah bayar esok hari. Setiap paspor yang memperoleh stempel visa hari ini, dibayar hari ini. Sebab biasanya sudah terbayang, jika tugas dilalaikan, bos akan mencak-mencak.
Walhasil segala macam cara dicari. Untuk pergi ke money changer sudah tidak mungkin. Karena waktu pembayaran hanya sebentar. Di sinilah tolong menolong amat diperlukan.
Jika seseorang memiliki pecahan $ 20 (2 lembar) dan $10 (1 lembar), maka pecahan $ 20 itu akan diburu oleh teman yang membutuhkannya. Misalnya, Nanang harus membayar $ 28, sedangkan uang yang ditangannya adalah pecahan $ 50. Terjadilah tukar menukar. Pecahan $ 50 ditukar dengan $ 20 (2 lembar) dan $ 10 (1 lembar). Selanjutnya Nanang harus mencari pecahan $ 5 dollar (1 lembar) dan pecahan $ 1 (3 lembar).
Begitulah kesulitannya. Sekali lagi, di saat inilah pentingnya tolong menolong. Dari pengalaman di kedutaan inilah, saya menjadi yakin pada sabda Rasulullah yang terdapat di dalam hadits Arba’in. Di dalam hadits Arbain terdapat hadits yang artinya “Allah akan menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.”
Suatu ketika, saya harus membayar 10 paspor, itu artinya saya membutuhkan uang sebesar $140. Uang sebesar ini telah ada di tangan, pas $ 140. Saya tidak perlu lagi mencari uang pecahan. Saya mengantri di dalam barisan. Sesampainya di loket pembayaran, uang pecahan $ 100 saya ditolak. Ditolak setelah melalui proses pemeriksaan sinar ultar violet. Mendadak saja saya bingung. Betapa tidak, siapa yang ingin meminjamkan uang sebesar $ 100. Kalaupun ada yang ingin meminjamkan, dia juga butuh dengan uang itu.
Dengan lesu, saya keluar dari kedutaan. Di dalam perjalanan keluar, banyak sekali simpati teman pada masalah saya. “Kenapa Ya’?, “Pecahan berapa yang ditolak? dan masih banyak pertanyaan lainnya. Masih dalam perjalananan keluar dari kedutaan, saya bertemu dengan Sofyan.
“Lo butuh berapa Ya?” tanya Sofyan
Dengan lesu, karena merasa tipis sekali harapan, saya menjawab, “$ 100 Yan.”
“Mana $ 100 lo?” pinta Sofyan sambil menyerahkan pecahan $ 100 miliknya.
“Kebetulan gue punya uang lebih $ 100.”
“Wah, terima kasih banget nih, coy,” jawab saya dengan semangat. Saya kembali ke barisan dan mengantri. Mungkin inilah balasan dari Allah. Karena alhamdulillah, saya sering membantu teman.
Dalam pengalaman yang lain, saya pernah mempunyai pecahan dollar yang dibutuhkan teman. Saya tidak ingat berapa besarnya. Tapi yang jelas, teman itu sedang butuh bantuan. Di saat yang sama, saya juga sedang butuh bantuan orang lain. Namun dengan tidak ragu, saya pinjamkan pecahan dollar yang dibutuhkannya. Tidak lama kemudian, permasalahan yang saya hadapi juga selesai. Saya dapat membayar paspor yang telah memperoleh stempel visa.
Alhamdulillah karena banyak menolong, saya banyak mempunyai teman. Jika seorang teman yang baru saja dikenal meminjam dollar pada saya, saya minta kartu namanya. Tanpa terasa, jumlah kartu nama yang saya miliki menjadi banyak. Mulai saat itulah, teman-teman memanggil saya dengan sebutan pak RT. Karena hampir semua petugas PJTKI di saat itu, saya kenal. Sehingga bila ada seorang teman mempunyai piutang dengan petugas PJTKI PT anu misalnya, maka teman tersebut akan menelepon saya. Dia menanyakan no. telepon PJTKI PT anu dan biasanya saya tahu.
Ada satu lagi pengalaman yang lain. Motor operasional yang saya gunakan amat memprihatinkan, walaupun mesinnya masih bagus. Shock breakernya sudah tidak berfungsi dan rem belakangnya tidak ada. Bukan itu saja, jarum speedometer dan jarum penunjuk isi bensin tidak semestinya. Suatu ketika motor saya mati, tidak dapat berjalan. Saya coba stater berulang kali, tetap saja tidak ada gunanya. Kemudian saya periksa tangki bensin. Alah mak! Bensinnya telah habis. Namun sekali lagi, Allah memperlihatkan kuasa-Nya. Hikmah menolong orang kembali terbukti. Karena saya teringat, lokasi tempat motor saya mogok dekat dengan kantor teman. Alhamdulillah masalah saya dapat ditangani.
Tulisan ini merupakan salah satu dari 5 tulisan yang diikut sertakan dalam penulisan Qisthi press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar