ALLAH AMAT MENGERTI AKAN MAKHLUK-NYA
Bila bulan Ramadhan tiba, itu berarti kaum muslimin kembali menunaikan kewajiban berpuasa. Mereka harus berpuasa sejak imsak hingga waktu Maghrib tiba. Menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa; makan dan minum misalnya. Mereka dilarang melakukan dua aktifitas ini, padahal keduanya merupakan tuntutan naluri manusia. Dua aktifitas ini biasa dilakukan kaum muslimin di waktu sarapan maupun makan siang, yaitu di sebelas bulan sebelum Ramadhan tiba. Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia. Namun untuk menunjukkan keimanan, kaum muslimin diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
Seperti diketahui, perintah berpuasa juga diikuti oleh perintah untuk berbuka, jika waktunya telah tiba. Karena Allah tahu bahwa manusia butuh makan dan minum. Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Aturan lain yang berkaitan dengan berpuasa adalah kaum muslimin boleh tidak berpuasa jika dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan. Kekuatan tubuh manusia ada batasnya. Adakalanya dia sakit. Oleh karenanya, dia boleh mengutamakan hak tubuhnya untuk beristirahat dan tidak berpuasa. Terkadang keadaan manusia menuntutnya harus pergi ke luar kota. Dalam keadaan seperti ini, Allah mengizinkan orang ini untuk tidak berpuasa hingga keperluannya usai. Hanya saja mereka harus berpuasa -di hari-hari sesudah Ramadhan-, sebanyak hari yang ditinggalkan. Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Bagi pasangan suami-istri boleh bercampur pada malam hari di bulan Ramadhan. Semua manusia mempunyai naluri kecendrungan terhadap lawan jenis dan memiliki kebutuhan biologis. Dengan kemurahan dan kebijaksanaan-Nya, Allah mengizinkan sepasang suami istri untuk melakukan hubungan pada malam hari di bulan Ramadhan. Allah mengetahui bahwasanya manusia tidak dapat menahan nafsunya . Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Begitulah yang digambarkan di dalam ayat 183-187 dari surat Al-Baqarah.
Kita akan senang jika tetangga mau mengerti pada kita, seorang anak mau pengertian terhadap orang tuanya, seorang kakak mau mengerti adiknya, seorang suami dapat mengerti istrinya. Semua kita akan senang jika dalam kehidupan ada saling pengertian. Tapi kenyataan di dalam interaksi dan hubungan sesama manusia tidak selamanya terwujud saling pengertian. Yang satu ingin dimengerti, yang lain ego terhadap dirinya sendiri, masing-masing punya alasan dan masing-masing punya kepentingan. Walhasil, tidak selamanya hubungan manusia akan mencapai kata sepakat.
Berbeda dengan Allah, Dia tidak mempunyai kepentingan dan kebutuhan. Dia selalu mau mengerti makhluk-Nya. Dia amat tahu apa yang dibutuhkan makhluk-Nya.
Di dalam riwayat Muslim terdapat riwayat yang artinya, "Sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada para istri Nabi tentang amalan beliau di rumah? Sebagian mereka (para sahabat) berkata, "Saya tidak akan menikahi wanita." Sebagian yang lain berkata, "Saya tidak akan makan daging." Yang lainnya berkata, "Saya tidak akan tidur di atas kasur." Rasulullah memuji Allah dan bersabda, "Bagaimana mereka dapat berkata seperti itu? Saya shalat (malam), namun saya juga tidur. Saya berpuasa dan juga berbuka. Saya juga menikahi wanita, maka barangsiapa yang tidak suka pada sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Nasaa'I, Ahmad dan Ad-Darimi." Rasulullah menunaikan shalat malam, namun juga tidur. Beliau puasa, namun juga berbuka dan beliau juga menikah.
Ajaran Islam dan hukum Islam tidak bertentangan atau tidak berbenturan dengan kebutuhan serta tuntutan naluri manusia. Bahkan, mencela orang-orang yang mencoba berusaha berjalan menentang arus tuntutan naluri sebagai manusia. Sekali lagi, begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Jika Allah sudah amat pengertian kepada kita, maka tinggal kita yang harus mencoba memahami, harus berupaya mengerti apa keinginan dan kehendak Allah.
Bila bulan Ramadhan tiba, itu berarti kaum muslimin kembali menunaikan kewajiban berpuasa. Mereka harus berpuasa sejak imsak hingga waktu Maghrib tiba. Menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa; makan dan minum misalnya. Mereka dilarang melakukan dua aktifitas ini, padahal keduanya merupakan tuntutan naluri manusia. Dua aktifitas ini biasa dilakukan kaum muslimin di waktu sarapan maupun makan siang, yaitu di sebelas bulan sebelum Ramadhan tiba. Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia. Namun untuk menunjukkan keimanan, kaum muslimin diwajibkan untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
Seperti diketahui, perintah berpuasa juga diikuti oleh perintah untuk berbuka, jika waktunya telah tiba. Karena Allah tahu bahwa manusia butuh makan dan minum. Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Aturan lain yang berkaitan dengan berpuasa adalah kaum muslimin boleh tidak berpuasa jika dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan. Kekuatan tubuh manusia ada batasnya. Adakalanya dia sakit. Oleh karenanya, dia boleh mengutamakan hak tubuhnya untuk beristirahat dan tidak berpuasa. Terkadang keadaan manusia menuntutnya harus pergi ke luar kota. Dalam keadaan seperti ini, Allah mengizinkan orang ini untuk tidak berpuasa hingga keperluannya usai. Hanya saja mereka harus berpuasa -di hari-hari sesudah Ramadhan-, sebanyak hari yang ditinggalkan. Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Bagi pasangan suami-istri boleh bercampur pada malam hari di bulan Ramadhan. Semua manusia mempunyai naluri kecendrungan terhadap lawan jenis dan memiliki kebutuhan biologis. Dengan kemurahan dan kebijaksanaan-Nya, Allah mengizinkan sepasang suami istri untuk melakukan hubungan pada malam hari di bulan Ramadhan. Allah mengetahui bahwasanya manusia tidak dapat menahan nafsunya . Begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Begitulah yang digambarkan di dalam ayat 183-187 dari surat Al-Baqarah.
Kita akan senang jika tetangga mau mengerti pada kita, seorang anak mau pengertian terhadap orang tuanya, seorang kakak mau mengerti adiknya, seorang suami dapat mengerti istrinya. Semua kita akan senang jika dalam kehidupan ada saling pengertian. Tapi kenyataan di dalam interaksi dan hubungan sesama manusia tidak selamanya terwujud saling pengertian. Yang satu ingin dimengerti, yang lain ego terhadap dirinya sendiri, masing-masing punya alasan dan masing-masing punya kepentingan. Walhasil, tidak selamanya hubungan manusia akan mencapai kata sepakat.
Berbeda dengan Allah, Dia tidak mempunyai kepentingan dan kebutuhan. Dia selalu mau mengerti makhluk-Nya. Dia amat tahu apa yang dibutuhkan makhluk-Nya.
Di dalam riwayat Muslim terdapat riwayat yang artinya, "Sekelompok sahabat Nabi bertanya kepada para istri Nabi tentang amalan beliau di rumah? Sebagian mereka (para sahabat) berkata, "Saya tidak akan menikahi wanita." Sebagian yang lain berkata, "Saya tidak akan makan daging." Yang lainnya berkata, "Saya tidak akan tidur di atas kasur." Rasulullah memuji Allah dan bersabda, "Bagaimana mereka dapat berkata seperti itu? Saya shalat (malam), namun saya juga tidur. Saya berpuasa dan juga berbuka. Saya juga menikahi wanita, maka barangsiapa yang tidak suka pada sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Nasaa'I, Ahmad dan Ad-Darimi." Rasulullah menunaikan shalat malam, namun juga tidur. Beliau puasa, namun juga berbuka dan beliau juga menikah.
Ajaran Islam dan hukum Islam tidak bertentangan atau tidak berbenturan dengan kebutuhan serta tuntutan naluri manusia. Bahkan, mencela orang-orang yang mencoba berusaha berjalan menentang arus tuntutan naluri sebagai manusia. Sekali lagi, begitulah Allah, Dia amat pengertian pada makhluk-Nya.
Jika Allah sudah amat pengertian kepada kita, maka tinggal kita yang harus mencoba memahami, harus berupaya mengerti apa keinginan dan kehendak Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar