BAGAIMANA KALAU…………?
Bagaimana kalau di dunia tidak ada warna? Yang ada hanyalah warna hitam. Pemandangan tidak lagi menjadi indah. Kita sulit untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Bagaimana kalau buah jeruk berwarna hitam, kalau daun berwarna hitam? Bagaimana kalau langit dan laut tidak terlihat biru, namun berwarna hitam? Bagaimana jika buah semangka yang biasa kita temui berwarna merah atau kuning, kini kita dapati berwarna hitam. Bagaimana jika buah apel menjadi berwarna hitam? Tidak ada istilah orang yang buta warna. Tidak ada warna favorit. Kita tidak dapat membedakan mana orang Afrika dan mana orang Eropa. Kita tidak dapat membedakan orang Cina yang berkulit kuning dengan orang Indian yang berkulit merah. Kita tidak dapat membedakan mana sirup yang rasa jeruk dengan strawberry. Pasalnya, kita tidak dapat menebak rasa sirup itu, ketika melihat sirup rasa jeruk berwarna hitam dan sirup rasa strawberry juga berwarna hitam. Jika dunia tanpa warna atau hanya berwarna hitam, maka kita tidak dapat membedakan mana siang dan mana pula malam. Bagaimana hasil lukisan seorang pelukis, jika di dunia ini hanya ada warna hitam? Mungkin aliran lukisan hanya ada aliran gotich (nggak tahu tulisannya benar atau tidak) yang artinya lukisannya hanya berwarna hitam.
Bagaimana kalau di dunia tidak ada angka? Mungkin rumah kita tidak ada nomornya. Bagaimana menentukan harga suatu barang? Berapa tinggi seseorang? Berapa banyak orang yang hadir dalam suatu pertemuan? Kita tidak tahu tanggal berapa kita lahir. Kita tidak dapat menjadi saksi peristiwa tabrak lari, pasalnya mobil tidak memiliki plat nomor. Kita tidak dapat, karena angka-angka yang biasanya dijadikan tolok ukur atau standar kemajuan seseorang, tidak ditemukan. Kita tidak dapat mengungkapkan siapa juara pertama, kedua dan seterusnya. Kita hanya dapat mengatakan dia lebih dulu dari si A, si B dan seterusnya.
Bagaimana kalau di dunia tidak ada bahasa. Mungkin tidak ada dialog diantara manusia. Yang ada hanya isyarat saja. Coba bayangkan! Alangkah lamanya untuk mencapai satu pemahaman. Entah berapa kali, salah paham yang terjadi bila sesama manusia berdialog namun tidak dengan menggunakan bahasa apapun, karena yang ada hanya isyarat. Tidak adanya bahasa, mungkin akan membuat orang dapat berkelahi. Coba bayangkan! Bagaimana seorang guru dapat mengajar muridnya, jika sarana untuk menyampaikan ilmu tidak ada? Seorang ayah tidak dapat menanamkan pengertian bahwa anaknya telah melakukan kesalahan dan layak mendapat hukuman. Walhasil, si anak tetap saja melakukan kesalahan. Bila tidak ada bahasa, mungkin tidak ada penyair, penyiar, host, penyanyi, penceramah, penulis, penerjemah, orator, guru dan profesi lainnya.
Bagaimana kalau kita tuli -naudzu billahi min dzalik-?
Orang yang tuli, biasanya juga bisu. Agar seseorang dapat mengucapkan suatu dengan benar dan tepat, maka dia harus mendengar terlebih dahulu. Orang yang tuli tidak akan mendengar bila ada seseorang yang memanggilnya dari belakang. Dia baru akan sadar bahwa ada orang lain yang memanggil atau mencarinya setelah pundaknya ditepuk. Orang yang tuli tidak dapat berbicara seperti orang pada umumnya. Itu berarti minim sekali dialog yang dilakukannya. Orang yang tuli tidak dapat mendengar gemercik air, alunan musik, kicau burung, ledakan bom, lenguh sapi, ringkik kuda, auman singa, salakkan anjing, ngeongnya kucing, kotek ayam berkokok, suara jangkrik di malam hari, suara katak di musim penghujan, dengungan sayap nyamuk, klakson mobil, deru kendaraan bermotor, piring pecah, bunyi alarm, derit pintu yang sedang dibuka, cicitan tikus, bunyi rem kendaraan, bunyi koran yang jatuh setelah dilempar oleh tukang koran, dentang piring yang terkena sendok, garpu kita, suara riang anak-anak, tangisan bayi, rintik, lebatnya hujan turun, gletarnya petir. Coba bayangkan bila orang tuli tidak mengerti suatu permasalahan, kemudian orang lain ingin menjelaskan duduk permasalahannya, bagaimana? Sebab terkadang suatu pelajaran tidak dapat langsung dipahami, namun perlu penjelasan ulang atau penjelasan tambahan dan penjelasan itu disampaikan lewat mulut, kemudian diteruskan ke telinga. Bisa jadi, orang yang tuli memiliki keterbatasan pengetahuan. Selain tidak mungkin menerima ilmu lewat telinga, dia juga hampir tidak mungkin bertanya (sesuatu yang tidak dipahami) lewat mulutnya. Karena biasanya orang tuli juga orang yang bisu.
Bagaimana kalau kita buta -naudzu billahi min dzalik-?
Orang yang buta biasanya sulit untuk menyebrang jalan. Bila orang buta naik kendaraan umum, biasanya dia pesan kepada supir agar diberitahu bila tujuan si buta telah sampai. Orang buta tidak dapat melihat keindahan alam, tidak dapat melihat si cantik atau si buruk rupa, si tampan atau the beast. Orang buta tidak dapat melihat tingginya gedung, besarnya gajah, kecilnya semut, luasnya lapangan sepak bola, sempitnya rumah RSSSS, rendahnya orang cebol. Dia tidak dapat melihat bahwa ular itu bentuknya panjang, ayam mempunyai paruh, banteng bertanduk, cecak dapat merayap di dinding. Orang yang buta tidak dapat melihat silaunya sinar mentari, terangnya lampu neon. Bagi orang buta semuanya serba hitam, gelap, baginya tidak ada perbedaan antara siang dan malam. Mungkin dia dapat membedakan dari udaranya pagi, siang dan malam. Namun tetap saja semuanya serba gelap. Orang buta tidak dapat membaca buku seperti orang-orang yang bisa melihat. Orang buta tidak dapat membaca Al-Qur’an. Memang sekarang sudah ada buku-buku dan Al-Qur’an berhuruf Braille.
Bagaimana kalau kita bisu -naudzu billahi min dzalik-?
Orang bisu tidak dapat berbicara, bernyanyi, ceramah, bertanya, marah dengan mengeluarkan ucapan, mengeluarkan pendapat lewat ucapan, menjelaskan sesuatu kepada seseorang. Bagi orang bisu tidak ada istilah salah omong, mulut berbisa. Pepatah ‘mulutmu adalah harimaumu’, tidak berlaku bagi orang yang bisu. Bagi orang bisu akan sulit bertanya, bila ada pelajaran yang tidak dimengertinya. Orang bisu akan kesulitan bertanya, kita dia tersesat di suatu daerah.
Bagaimana kalau kita lumpuh -naudzu billahi min dzalik-?
Orang yang lumpuh akan kesulitan untuk bepergian. Coba bayangkan bagaimana orang yang lumpuh naik angkot, naik tangga, turun dari angkot, turun tangga! Coba bayangkan! Bagaimana orang lumpuh berlari? Orang lumpuh akan kesulitan naik gunung, akan kesulitan pergi ke mal, kesulitan bepergian ke toko buku, ke kebun binatang, pendek kata akan kesulitan untuk bepergian ke manapun tujuannya.
Allah berfirman, “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).” (QS Ibrahim (14):34)
Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim (14):7)
Silahkan ditambah lagi!
Bagaimana kalau tidak ada…………
Bagaimana kalau kita……………-naudzu billah min dzalik-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar