Kamis, 17 April 2008

PENGRAJIN KALENG

PENGRAJIN KALENG

Kita mungkin sering melihat tempat sampah yang terbuat dari alumunium. Bentuknya seperti tabung. Di bagian atasnya berfungsi sebagai asbak dan di bagian tengahnya dibiarkan bolong berbentuk bundar. Bolongan ini memang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mempermudah orang untuk membuang sampah. Tabung sampah berbentuk tabung ini biasa kita temukan di bank, maal dan tempat-tempat keramaian lainnya.

Jika kita mengantri di bank, maka kita berbaris memanjang dan dibatasi oleh sebuah pembatas. Pembatas itu terdiri dari beberapa 2 atau 3 tiang yang terbuat dari alumunium. Masing-masing tiang itu dihubungi oleh seutas tali.

Anda pernah melihat lampu panggung? Tepatnya lampu panggung yang terdapat di kanan dan kiri panggung di bagian depan. Lampu panggung itu seperti kubah dan disambung dengan sebuah tabung.

Kita juga biasa melihat dank-dang, oven, pencetak roti dan seterusnya. Semuanya terbuat dari alumunium.

Kita dapat menyaksikan para pengrajin alumunium atau kaleng. Usaha home industri ini dapat ditemukan di daerah Citeureup, Jawa Barat.

Karya-karya home industri ini berkelas dan berkualitas. Buktinya, hasil karya mereka dipesan oleh bank, maal dan berbagai perkantoran. Padahal mereka hanya menggunakan alat-alat sederhana. Gunting, martil, balok kayu dan sebagainya. Mereka mengeluhkan bahwa harga bahan-bahan yang mereka butuhkaan melambung tinggi. Mereka menaikkan harga jual. Akibatnya pemesanan menurun.

Masalah yang mereka hadapi sudah klise. Modal, SDM dan pemasaran.

Kewajiban negara adalah membantu rakyatnya. Kewajiban mencari nafkah merupakan kewajiban individu. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ada sebagian dosa yang tidak bisa terhapus oleh shaum atau shalat. Beliau ditanya, "Apakah yang dapat menghapuskannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Bekerja mencari nafkah penghidupan." (HR Abu Nu'aim, dalam Al-Hilyah)

Rasulullah pernah mencium tangan Sa'ad bin Mu'adz ra, tatkala beliau melihat bekas-bekas kerja pada tangan Sa'ad, beliau bersabda, "(Ini adalah)dua tangan yang dicintai Allah ta'ala."

Memang benar, pada mulanya pemenuhan dan kesejahteraan manusia adalah tugas individu itu sendiri, yakni dengan bekarja. Jika ia tidak memperoleh pekerjaan, padahal dia mampu untuk itu, maka negara wajib menyediakannya. Sebab memang itu menjadi tanggung jawab negara. Nabi Saw bersabda, "Seorang imam (penguasa) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat) dan ia akan diminta pertanggung jawaban terhadap rakyatnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah memberikan dua dirham kepada seseorang. Beliau berkata kepadanya, "Makanlah dengan satu dirham dan sisanya belikanlah kapak, lalu gunakanlah kapak itu untuk bekerja."

Dalam hadits lain, dijelaskan ada seseorang yang mencari Rasulullah dengan harapan Rasulullah akan memperhatikan masalah yang dihadapinya. Ia adalah seorang yang tidak mempunyai sarana yang dapat digunakan untuk bekerja untuk mendapat suatu hasil. Dia juga tak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Kemudian Rasulullah memanggilnya. Beliau menggenggam sebuah kapak dan sepotong kayu yang diambil sendiri oleh beliau. Beliau serahkan kapak dan kayu itu pada orang tersebut. Beliau perintahkan padanya agar pergi ke suatu tempat yang beliau telah tentukan agar ia bekerja di sana. Beliau memintanya kembali menemuinya, jika sudah bekerja. Setelah beberapa waktu, orang itu kembali menemui beliau Saw dan mengucapkan terima atas bantuannya.

Suatu ketika, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab memasuki masjid di luar waktu shalat 5 waktu. Di dalam masjid, beliau melihat 2 orang yang sedang berdo'a memohon kepada Allah. Umar bertanya, "Apa yang sedang kalian kerjakan, sedangkan orang-orang di sana sedang sibuk bekerja?"

Mereka menjawab, "Wahai Amirul Mukminin! Kami adalah orang-orang yang bertawakkal kepada Allah Swt."

Mendengar jawaban itu, Umar marah seraya berkata, "Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak."

Kemudian Umar mengusir mereka dari masjid, tetapi beliau memberikan setakar biji-bijian dan beliau berkata, "Tanamlah dan bertawakkallah kepada Allah!"

Perhatikan riwayat-riwayat di atas! Rasulullah membantu rakyatnya yang belum bekerja. Demikian pula dengan Amirul Mukminin Umar, beliau memberikan setakar biji-bijian kepada rakyatnya yang malas bekerja. (Hidup Sejahtera di bawah naungan Islam , karya Abdul Aziz Badri)

Negara harus memperhatikan rakyatnya. Memberi mereka modal, jika memang membutuhkan. Jangan negara lebih cendrung kepada pengusaha! Negara memberi izin kepada para pengusaha atau konglomerat untuk membuat bank. Jika negara memberi izin kepada para pengusaha, berarti para pengusaha dapat dengan mudah memperoleh modal. Karena rakyat menyimpan/menabung uang di bank milik para pengusaha. Dengan memiliki bank, para pengusaha dapat dengan mudah mengembangkan usahanya.

Tidak ada komentar: