Pagi ini, saya mendengar ada satu lagi korban anak-anak, akibat menirukan tayangan di televisi. Anak ini meninggal akibat menirukan gaya atau gerakan tokoh kartun idolanya.
Dalam pepatah bahasa Arab, anak-anak itu mempunyai kecendrungan hubbut taqlid (atau suka meniru). Wajar saja bila anak-anak suka meniru, karena mereka belum banyak tahu. Apakah perbuatan ini berbahaya atau tidak, perbuatan ini memalukan atau tidak, perbuatan ini dilarang atau tidak. Coba saja perhatikan, jika anak-anak mendapat suatu persoalan. Misalnya kaos olah raga belum sempat dicuci, padahal keesokkan harinya ada pelajaran olah raga. Tentu dia akan panik. Padahal permasalahan ini tidak terlalu rumit atau kompleks. Ibu atau pembantunya dapat mencuci olah raga itu dan ditunggu hingga esok hari. Di pagi hari sekali, bila kaos itu belum kering, kaos itu dapat diseterika. Jadi, suatu permasalahan yang di mata orang dewasa bukan permasalahan, namun bagi anak kecil merupakan permasalahan. Mengapa? Penyebabnya dia tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan yang bersangkutan dengan persoalan yang dihadapinya. Coba lihat! Jika dia sudah mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya, tentu dia tidak akan bingung. Pada hakekatnya, anak kecil itu seperti anak bayi. Anak bayi jika dia lapar, haus atau ingin buang air, tentu dia menangis. Mengapa? Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Padahal sekali lagi, permasalahan ini remeh.
Begitulah anak kecil, apa yang dilihat, mereka tiru. Apa yang didengar mereka tiru. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja masih suka meniru. Coba saja perhatikan! Melihat kenyataan ini, hendaknya para orang tua haruslah hati-hati.
Kasus korban anak-anak karena menirukan tayangan ada di televisi, sudah berulang kali terjadi. Untuk itu, mari para pengelola mass media elektronik ini bersama-sama kita coba pikirkan. Bagaimana agar acara-acara yang ditayangkan tidak hanya mengejar keuntungan materi semata. Tidak hanya mengikuti kecendrungan pasar saja. Bukankah kecendrungan pasar kita dapat bentuk? Yang terakhir, pemerintah nampaknya perlu memperhatikan permasalahan ini. Hilangnya 1 nyawa bukan merupakan perkara yang kecil. Permasalahan tidak hanya pada pemberian izin tayangan suatu acara. Pemerintah hendaknya juga terus memperhatikan dan mengevaluasi tayangan-tayangan yang telah beredar.
Kasus korban anak-anak karena menirukan tayangan ada di televisi, sudah berulang kali terjadi. Untuk itu, mari para pengelola mass media elektronik ini bersama-sama kita coba pikirkan. Bagaimana agar acara-acara yang ditayangkan tidak hanya mengejar keuntungan materi semata. Tidak hanya mengikuti kecendrungan pasar saja. Bukankah kecendrungan pasar kita dapat bentuk? Yang terakhir, pemerintah nampaknya perlu memperhatikan permasalahan ini. Hilangnya 1 nyawa bukan merupakan perkara yang kecil. Permasalahan tidak hanya pada pemberian izin tayangan suatu acara. Pemerintah hendaknya juga terus memperhatikan dan mengevaluasi tayangan-tayangan yang telah beredar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar