Jumat, 28 Maret 2008

LUAAR BIASA

Hari ini tanggal 28-03-2008, aku mendengar dan menyaksikan sebuah berita di salah satu stasiun televisi. Di berita itu dijelaskan ada sekelompok orang yang mencari nafkah dengan mengais-mengais sampah. Semua benda yang dapat dimanfaatkan, dipilih, diambil dan dibersihkan. Salah satu benda yang dipilih adalah plastik. Gelas bekas wadah air mineral, botol bekas wadah air minum termasuk benda yang dipilih. Setelah dipilih, semua plastik itu, digunting atau dipotong hingga membentuk selembar plastik. Botol misalnya, digunting dari mulut botol hingga lapisan botol yang paling bawah dan dibuka hingga berbentuk lembaran plastik. demikian plastik-plastik lainnya. Setelah itu, platik-plastik tersebut dibersihkan dan dicuci hingga bersih. Proses selanjutnya adalah dijemur dan dilanjutkan dengan penimbangan.

Reporter TV swasta itu bertanya, "Berapa kg plastik yang diperoleh selama 1 minggu?" Pemulung itu menjawab, "5 ton."
"Berapa harga plastik per-kg nya?"
"1 kgnya dihargai dengan Rp 5000,-"
Sang reporter terkejut, "Waaah! Berarti dalam seminggu bisa mengantongi uang sebanyak Rp 5 juta."

Benda lain yang dikumpulkan adalah besi, termasuk seng, tong bekas dan sejenisnya. Reporter itu kembali bertanya, "Berapa kg besi yang dikirim dalam satu kiriman?"
"8 ton hingga 10 ton."
"Berapa banyak uang yang diperoleh dalam tiap kg-nya?"
"Sekitar ribuan."
Kembali reporter itu terkejut, "Waaah! Berarti dalam sekali kirim bisa mengantongi uang sebanyak jutaan."

Besi yang dikumpulkan itu dijual ke pabrik-pabrik. Plastik-plastik yang dijual untuk di daur ulang, mungkin dijual ke pabrik pula.

Coba perhatikan! Pekerjaan mereka nampaknya memalukan, menjijikkan, tidak memiliki prestise, tidak keren. Tapi, lihat penghasilan mereka. Penghasilan mereka mungkin lebih besar dari penghasilan kita. Oleh karena itu, janganlah kita menilai seseorang dari kulit luarnya saja! Begitu kata-kata yang biasa diucapkan oleh Tukul.

Saya punya tetangga seorang pedagang sayuran. Penghasilannya diperoleh dari menjual sayur-sayuran, ikan, daging, pendek kata segala kebutuhan makanan atau masakan ibu-ibu rumah tangga. Apa yang membuat saya kagum? Salah satu anaknya telah berhasil lulus dari perguruan tinggi.

Tetangga saya yang lain bekerja sebagai buruh bangunan. Tapi apa yang membuat saya kagum? Salah satu anaknya telah berhasil lulus dari perguruan tinggi. Luaaar biasa.

Jika kita perhatikan jenis pekerjaan orang-orang di atas, kita mungkin berkesimpulan bahwa pekerjaan yang mereka geluti adalah pekerjaan kasar. Mungkin diantara kita yang berpendidikan enggan untuk menjalani pekerjaan-pekerjaan kasar seperti itu. Banyak alasan yang mereka ajukan. Tidak sesuai dengan pendidikanlah, tidak prestise lah atau alasan yang bermula dari salah persepsi tentang pekerjaan kasar. Persepsi mereka bahwa pekerjaan kasar hanya menghasilkan pendapatan yang kecil.

Pendapatan yang kecil terkadang menjadi alasan seseorang untuk tidak menjalani suatu jenis pekerjaan. Dia lebih memilih untuk menganggur daripada bekerja dengan pendapatan yang kecil. Padahal Rasulullah pernah mencium tangan Sa'ad bin Muadz ra. tatkala beliau melihat bekas-bekas kerja pada tangan Mu'adz. Beliau bersabda, "(Ini adalah) dua tangan yang dicintai Allah swt."

Rasulullah juga bersabda, "Sesungguhnya ada sebagian dosa yang tidak bisa terhapus oleh puasa atau shalat. " Kemudian beliau ditanya, "Apakah yang dapat menghapuskannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Bekerja mencari nafkah penghidupan." (HR Abu Nu'aim dalam kitab Al-Hilyah)

Kedua keterangan di atas menunjukkan bahwa yang terpenting adalah bekerja. 2 keterangan di atas menunjukkan hanya mendorong kita untuk bekerja, tidak membicarakan masalah pendapatan yang diperoleh dari bekerja. Jadi yang terpenting tetap bekerja daripada bekerja tetap. Setelah itu barulah kita pikirkan mengenai besarnya penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan yang kita geluti.

Tidak ada komentar: