“Saya tunggu di sini saja Ian,” pinta Misbah
“Ya deh. Saya makan dulu yah,” jawab Rian sambil melangkah ke dalam warung.
Misbah tidak ikut makan, karena saat itu adalah hari Senin. Dia sedang menunaikan puasa sunnah Senin Kamis. Dia segera mengeluarkan buku bacaan. Masih lengkap dengan perlengkapan layaknya seorang pembalap, Misbah mulai memperhatikan barisan kata-kata yang ada di hadapannya.
Buku sejarah merupakan buku favoritnya. “Sejarah itu selalu berulang. Apa yang terjadi sekarang sebenarnya merupakan pengulangan peristiwa atau kejadian yang terjadi di masa lalu. Jadi permasalahan yang dihadapi saat ini, sudah pernah terjadi di masa lalu. Mengenai solusinya, tinggal mempelajarinya.” Begitu alasan mengapa Misbah senang sekali membaca sejarah.
Kali ini, dia sedang membaca buku biografi tentang Bung Hatta. Beberapa lembar telah dibaliknya. Saking asiknya dia tidak begitu sadar, bila ada seorang bapak berpakaian seragam sebuah instansi duduk di sebelahnya. Dia ditemani oleh seorang anak muada. Bapak berseragam itu berkata, “Erni cantik yah?”
“Yah, hampir semua orang mengatakannya seperti itu,” jawab si anak muda
“Tapi Man,” kata si bapak pada anak muda itu
“Tapi kenapa pak?”
“Dia itu cerewet, galak dan yang paling gak saya suka sering membicarakan aib orang lain,”
Misbah yang masih mengenakan jaket, merasa menjadi lebih gerah mendengar pembicaraan dua orang di sebelahnya itu.
“Kalau memang gak senang dengan membicarakan aib orang lain, mengapa bapak itu malah membicarakan aib orang lain? Apa gak ada perbuatan lain yang lebih berguna?”
Pikiran Misbah terhenti, ketika Rian menowel tangannya, “Yuk kita lanjutkan perjalanan.”
1 komentar:
assalammualaikum mas arya, saya winy. numpang lewat di blognya. ini kayaknya catatannya belum selesai ya?
Posting Komentar