Sabtu, 01 Oktober 2011

SERIUS TAPI SANTAI

Belakangan terakhir, saya baru saja menamatkan jilid pertama sebuah novel trilogy. Ceritanya menarik. Mengenai seorang pembunuh bayaran wanita campuran Indonesia dan Amerika.
Saya menyelesaikan bacaan itu dalam waktu yang relative singkat. Karena saya dapat berlama-lama membaca novel itu.
Beda sekali ketika membaca bacaan ‘serius’. Kalau membaca bacaan ‘santai’ seperti novel, dapat betah di hadapannya. Tapi kalau membaca bacaan ‘serius’, tidaklah demikian.
Padahal kalau dilihat dari segi kepentingan, lebih penting bacaan ‘serius’ daripada bacaan ‘santai’. Tapi mengapa sikap saya seperti itu?
Sikap dalam membaca di atas mungkin juga dialami oleh teman-teman. Dapat kerasan membaca bacaan ‘santai’, tapi tidak kuat lama membaca bacaan ‘serius’.
Melihat kondisi ini, para penulis –khususnya para penulis buku-buku serius- sepertinya perlu untuk mencoba mengubah tekhnik penulisannya.
Seperti membahas masalah ushul fikih dikemas dalam cerpen atau novel. Buku tentang kondisi politik suatu negara disajikan dalam bentuk fiksi.

Tidak ada komentar: